<body bgcolor="#F3F4F7" leftmargin="0" topmargin="0" rightmargin="0" bottommargin="0" onLoad="MM_preloadImages ('http://i1110.photobucket.com/albums/h441/sajakmasisir/jpg/banner_4ganti.gif')"><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d5374933\x26blogName\x3dSajak+Masisir+(Blog+Kabar)\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dLIGHT\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://blogkabar.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://blogkabar.blogspot.com/\x26vt\x3d-2547521003334257347', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>
 
 






 
Salam, Selamat datang di Komunitas Sajak Masisir  

Dikirim 30.10.07    
Pesta Penyair Ketujuh Semakin Terbakar 

Komunitas Sajak Masisir (SAMAS) kembali meneriakkan kata-kata dalam perhelatan rutin Sabtu 27 Oktober 2007 lalu. Pada pertemuan ketujuh -terhitung sejak dibentuk pada bulan Juni lalu- komunitas SAMAS semakin lantang dan membakar emosi. Perhelatan rutin kali ini digelar dikediaman saudara Sholahuddin yang akrab disapa Om Ola’.

Dalam kesempatan itu hadir pula perwakilan dari perss Masisir yang diwakili oleh pimred Terobosan saudara Hamdun dan pimred Informatika saudara Agus Khudlori. Presiden PPMI, Talqis Nurdianto, yang dijadwalkan hadir ternyata tidak dapat menghadiri perhelatan kali itu.

Acara yang dimulai pada pukul 17.00 diawali dengan mendiskusikan persiapan pementasan teater yang akan tampil pada acara ulang tahun terobosan pada 09 November nanti. Sang Veteran Muda (El Haq) selaku wakil koordinator dalam pementasan teater memberikan gambaran persiapan yang sudah dilaksanakan sekaligus memberitahukan kembali job discription masing-masing anggota komunitas SAMAS dalam pementasan teater tersebut.

Setelah melaksanakan sholat maghrib, acara inti komunitas SAMAS baru dimulai. Diawali dengan pembukaan oleh moderator saudara Nadzif Shidqi yang kemudian dilanjutkan dengan presentasi oleh saudara Thabrani Basya. Tokoh yang dikaji dalam perhelatan kali itu adalah Emha Ainun Nadjib (sealnjutnya, Emha atau Cak Nun). Seorang seniman, kyai, atau yang lebih terkenal dengan gelar budayawan. Dalam makalah dan presentasinya, presentator mengulas tentang karakterisitik puisi yang ditulis oleh Emha atau yang lebih akrab dipanggil Cak Nun.

Menurut presentator, selama ini Cak Nun memang tidak begitu dikenal sebagai seorang penyair. Terkadang Beliau juga dikenal sebagai seorang seniman, budayawan, kyai, jurnalis bahkan politikus. Pengalaman tersebut ternyata menjadi faktor terbesar yang mempengaruhi perjalanan puisi-puisinya. Hal inilah yang membedakan antara Cak Nun dengan para penyair lain semacam Chairil Anwar, Danarto, Rendra, Taufiq Ismail, Hamid Jabbar, Goenawan Muhammad, Sutardji Calzoum Bahri, Abdul Hadi W.M, dan D. Zawawi Imron, yang kebanyakan lebih menjadikan puisi sebagai “satu-satunya jalan sutra” untuk dapat menyampaikan pesan-pesannya. Seakan-akan diversifikasi telah menjadi bagian hidup Cak Nun, seperti juga terlihat pada kolaborasi aliran musik yang dibawakan oleh Kiai Kanjeng yang selalu mengiringinya saat berdeklamasi.

Pembahasan tema karakteristik puisi Cak Nun semakin seru saat beberapa anggota komunitas SAMAS yang hadir turut memberikan komentar atau pertanyaan seputar tema. Salah seorang partisipan komunitas SAMAS saudara Ahmad Ginandjar Sya’ban turut memberikan komentar tentang corak-corak puisi Arab yang mirip dengan puisi-puisi karya Cak Nun. Menurutnya corak atau karakteristik puisi Cak Nun sama dengan syair-syairnya Jalaluddin Rumi atau tokoh-tokoh sufi Tmur Tengah lain.

Sesi kaji tokoh berakhir kemudian dilanjutkan dengan deklamasi puisi tokoh yang dibahas. Deklamasi puisi diawali dari presentator saudara Thabrani Basya dengan “Kemana anak-anak itu”nya Cak Nun. Sedikit berbeda dari perhelatan sebelumnya, setelah deklamasi puisi wajib langsung dilanjutkan dengan deklamasi puisi karya pribadi. Jika salah satu anggota komunitas SAMAS tidak dapat mendeklamasikan puisi pribadinya maka serentak anggota komunitas SAMAS berteriak lantang, “Penyair yang tidak memiliki kepribadian”. Motto itu digunakan sebagai penyemangat para anggota komunitas untuk terus berkarya. (Lay-Mesir)


Dicatat oleh fuddyduddy, Jam 5:52 AM |    




Hadir dari sajak-sajak tercecer, kemudian kami kemas sebagai catatan-catatan duplikat hati yang acap kali meraung menyuarakan irama-irama kebebasan, kesefahaman, penolakan, penyesalan, kritik, keindahan dan romantisme. mungkin hanya rangkaian huruf-huruf setengah jadi, namun izinkanlah ianya dinamai sebagai sajak. Hanya untuk menjembatani inspirasi-inpirasi terpasung, sangat sayang jika sekedar tertoreh di atas lembaran kertas-kertas usang.



Jumlah Pengunjung
Sejak April 2007

Best View : IE, 1024x768 px


Powered by Yahoo Groups
© 2007 TintaKita Corporation
Design : abditea. All Rights Reserved
Powered By : blogger.com & aoshartos.com